Mental Health :D Renungan...

Perhatian, Pertanyaan untuk "Pencari Kebahagiaan": Pernah Mikirin Hal Ini?

April 15, 2024
0 Komentar
Beranda
Mental Health :D
Renungan...
Perhatian, Pertanyaan untuk "Pencari Kebahagiaan": Pernah Mikirin Hal Ini?

"Ahh, iya, kenapa aku sok tahu, ya"

Halo Kawan Dekat, kalau misalkan kamu rendah hati ingin membaca tulisan ini sampai habis, maka saya ucapkan makasih. Pertamabacalah pertanyaan ini:

"Kamu pernah mikirin hal yang aneh, nggak?"

Gelisah Karena Pikiran Aneh

Rasanya malu nggak ketika mikir aneh?

Selain malu, apa kamu pernah kayak gini: Rasanya gelisah ketika mikirin hal tersebut, padahal alasannya mungkin kurang jelas apa yang bikin gelisah. Kalau pernah, jangan-jangan penyebab dari malu dan gelisahmu tersebut karena salah menyebut pikiran dengan sebutan "aneh".

#1. Bertanya Kepada Diri Sendiri

Ketika pikiran tersebut rasanya aneh, kamu pernah menanyakan kepada diri sendiri apakah beneran aneh?

Di dalam pikiranmu, mungkin menjawab pertanyaan di atas kayak gini "Wah pernah dan ternyata apa yang saya pikirin enggak aneh."

Setelah secara logis bertanya kepada diri dan jawabannya "enggak aneh" mungkin kamu merasa lega, ternyata enggak seperti yang dipikirin. Coba kamu mikirin ini: Apakah menurutmu penyebab dari rasa malu dan gelisah tersebut karena kamu kurang memahami lebih dalam apa yang membuat malu dan gelisah? Hanya bertanya aja, sih, bukan berarti saya bilang kalau penyebab gelisah dan malu yang saya sebutin sebelumnya karena kurang memahaminya lebih dalam. 

#2. Larasati Manikamaya

Kedua, lanjut membaca cerita fiksi di bawah ini:

"Suatu ketika, dikelilingi halaman luas dengan suhu yang hangat, seorang pemudi berumur 23 tahun duduk di kursi kayu. Ia bernama Larasati Manikamaya, dan matanya sedang tertuju pada halaman rumah, lebih tepatnya pada selembar kertas putih yang telah diremas menjadi bulat. Tiba-tiba, bersamaan dengan suara kertas tersebut yang disebabkan dorongan angin, muncul pikiran aneh di kepala Larasati. Pikiran tersebut membuatnya malu sendiri, dan gelisah. 

"Kok, aku bisa-bisanya mikirin ini, sih." Ucap Larasati sambil matanya mengerut.

Setelah berkata kayak gitu, keringat dingin mulai menetes dari dahi.

Semakin setiap menit berlalu, maka keringat dingin semakin menetes.

Karena merasa sangat pintar, sedikit pun ia enggak mau bertanya kepada diri mengapa ia harus gelisah dan malu. Ia merasa penilaiannya udah bener, bahwa ia "mikir aneh".

Akhirnya Larasati mengalami depresi."

#3. Kebenaran

Nah, kamu udah membaca cerita fiksi. Sekarang yang ketiga.

Coba bayangkan, sepertinya menurut banyak orang "semakin ruwet suatu ilmu, maka semakin benar ilmu tersebut", ataupun  "semakin sedikit yang diketahui maka semakin baik".

Lalu bandingkan dua pendapat di atas dengan pertanyaan di bawah ini,

Kalau menurutmu bener apa nggak, bahwa yang membuat kamu enggak nyaman karena kurang memahami kebenaran dari suatu hal yang membuat enggak nyaman tersebut? 

"Hah?"

Iya, tapi saya nggak bilang bahwa akan semakin nyaman kalau kamu memahami kebenarannya, saya hanya bertanya.

Tapi itu relevan pada Larasati. Karena ia merasa sangat pintar, maka ia enggak menyadari apa yang sebenernya. Padahal apa yang ia pikirin tentang "Aku mikir aneh" salahTapi walaupun gitu, sekali lagi saya enggak bilang bahwa semakin memahami kebenaran maka semakin merasa nyaman, saya hanya bertanya.

#4. Berpikir Hitam-Putih

Keempat, lanjut tentang perumpamaan buah mangga. 

Apakah buah mangga pada gambar di atas murni bewarna hijau? Enggak, kan?

Apakah dalam hidup ini, manusia sebaiknya lebih luwes dalam berpikir? Dalam artian enggak mikir 100% putih atau 100% hitam. Inget, saya hanya bertanya, ya, bukan memberitahu gimana cara mikir yang bener.

Kenapa Aneh?

Kelima.

Dari buah mangga, beralih ke satu pertanyaan, yaitu, kenapa kita bisa mikir aneh?

Jika seandainya udah terlanjur mikir aneh, mungkin kamu bisa mikir kritis buat menghilangkan gelisah, kalau misalkan gelisah. 

Terakhir

"Suara hujan pun datang. 

Larasati masih di halaman, dan entah kenapa ia menyingkir dari kursi kayu dan tangannya meraih selembar kertas yang telah diremas menjadi bulat. Tangannya pun menyentuh kertas tersebut yang telah basah terkena hujan. Setelah menyentuhnya, tiba-tiba muncul gambaran di kepala, yang bertema warna putih dan kuning. Akhirnya, sambil pelan-pelan tersenyum, Larasati berkata,

"Ahh, iya, kenapa aku sok tahu, ya""

Tidak ada komentar